Header Ads

Perbincangan Saya Dengan Ustadz Mukhlisin, Salah Satu Pendiri MMQ Jet Tempur Batam

Para pembaca yang budiman malam ini ba’da(setelah) Isya tepatnya selasa 20 Desember 2016, saya ditemani sahabat kita Mas Hendra berkesempatan sowan (berkunjung) ke kediaman Ustadz Mukhlisin di Kampung Selayang Mukakuning Batam. Beliau adalah salah satu pendiri Pondok pesantren MMQ Jet Tempur Batam pada masa awal. Yang mana beliau sekarang adalah pengasuh Pondok Pesantern Yanbu’ul Qur’an yang lokasinya saling bersebelahan dengan Pondok Pesantren MMQ Jet Tempur di Kampung ini. Kami sempat bertanya-tanya sedikit tentang ihwal berdirinya Pondok Pesantren MMQ Jet Tempur Batam ini. Beruntungnya juga kami bisa sowan ke beliau malam ini, mengingat beliau ba’da Isya biasanya punya jadwal tetap yaitu mengajar santri-santrinya di Pondok Yanbu’ul Qur’an atau majelis ilmu ditempat lainnya.

Ustadz Mukhlisin saat menghadii acaa tahiman MMQ tanggal 14 Mei 2017 silam {foto koleksi ibadi}


Berikut saya kutipkan sedikit bincang-bincang kami dengan beliau tentang sejarah berdirinya MMQ Jet Tempur Batam ini:

Fauzi Assalamu’alaikum pak Mukhlisin.
Pak Mukhlisin Waalaikumsalam, monggo silakan duduk, ada apa ini?


FauziTerima kasih, begini pak, kami berdua ini adalah salah dua santri MMQ Jet Tempur Batam, maksud tujuan kami kesini adalah hendak bertanya-tanya sedikit tentang sejarah berdirinya MMQ untuk pertama kalinya, karena pak Mukhlisin sendiri adalah salah satu orang yang berjasa dengan adanya pondok pesantren ini di Batam, apakah bapak berkenan? Oh ya saya Fauzi dan kawan saya ini Mas Hendra. ( sebenarnya Pak Mukhlisin sudah mengetahui kami berdua cuma sekedar tahu ala kadarnya saja, maklum kami jarang berinteraksi secara langsung dengan beliau).
Pak Mukhlisin Ohh itu…. tidak apa-apa, 30 menit saja ya?( kamipun maklum karena beliau biasa mengajar sekitar jam sembilanan).


FauziBaiklah, kalau boleh tahu awal adanya pengajian Al Qur’an model MMQ Jet Tempur disini seperti apa pak?
Pak Mukhlisin (Sambil mengeluarkan hidangan untuk kami, beliaupun mulai bercerita) Saat itu tahun 1997/1998an saat itu saya tanya ke adik saya apakah di Batam ada hafidz Qur’an yang lulusan timur tengah, karena saya ingin tabarrukan antara bacaan Kudus dengan Timur tengah. Karena jaman itu saya menggandrungi bacaan- bacaan para imam Qiro’ah Sab’ah, setelah dijawab oleh adik saya “ada…!” akhirnya dari situlah saya semangat berangkat ke Batam. Setelah di Batam ternyata imamnya bukan dari Timur tengah, rupanya hanya berasal dari mondok-mondokan saja. Akhirnya saya hany targetkan melakukan penggalangan dana untuk pembangunan pondok saya di Jawa, setelah itu berencana pulang. Tapi dalam proses penggalangan dana itulah saya diminta untuk membantu mengajar Al Qur’an disini.



Fauzi : Diminta oleh siapa pak? oleh Masjid Nurul Islamkah?

Pak Mukhlisin : Bukan, tapi saya diminta oleh Masjid Nurul Iman. Kalau masjid di Nurul Islam dulu pengajiannya masih dalam bentuk campuran, jadi kegiatan satu jam itu bisa bermacam-macam, jadi bisa ada lima sampai enam majelis ilmu yang berbeda, jadi di serambi sini materi apa ustadznya siapa, serambi sana materinya apa usatadznya siapa, pokoknya beda-beda walaupun itu dalam jam yang sama. Jadi saat itu imam Masjid Nurul Iman, meminta saya untuk membantu mengajar Al Qur’an. Dan disitulah saya mengajarkan Ilmu Tajwid. Dan saat itu saya melihat Bu Sulikah kok mengajar pakai” Fat-hul Mannan” dengan tulisan Arab pego Bahasa Jawa.

Fauzi : Siapakah Bu Sulikah itu pak?

Pak Mukhlisin : Beliau adalah salah satu ustadzah Masjid Nurul Islam. Saya lihat saat itu beliau kok mengajar tajwidnya pakai standar itu (Fat-hul Mannan)? kalau sekarangkan pakai Rostm Ustmani. Lalu saya beritahu beliau ”Anu kalau mau mengajar yang lebih mudah pakai yang Bahasa Indonesia saja”. Sehingga saya rekomendasikan standar tajwid ini. Karena di Batamkan orangnya terdiri dari bermacam-macam suku, untuk membaca huruf Arab Pego Jawa masih kesulitan. Setelah dicoba dengan kitab yang saya tawarkan kok banyak yang minat. Akhirnya saya berinisiatif berangkat ke Lirboyo sekalian Tabarrukan untuk memakai buku standar tajwid itu. Dan tahun 2000 saya sowan ke Kyai Maftuh dan ternyata disana saya disodori kitab Jet Tempur, waktu itu saya membawa dua kitab dan saya bawa ke Batam. Sebelumnya saya sudah tahu tentang kitab ini saat jaman Muktamar Lirboyo, karena di muktamar itu ada bedah buku Jet Tempur ini.

Fauzi : Tahun berapakah Muktamar Lirboyo itu dilaksanakan pak?

Pak Mukhlisin : Sekitar tahun 1998/1999an. Saat itukan saya mondok di Kudus, mendengar bahwa MMQ Lirboyo mengadakan bedah buku Jet Tempur. Berdasar pemahaman saya Jet tempur itu adalah buku yang membahas pesawat terbang atau perang, jadi bikin penasaran saat itu. Dari situlah saya baru tahu bahwa Jet Tempur itu adalah buku atau kitab belajar mengaji A, Ba, Ta, Ja Jet tempur seperti yang kita lihat sekarang. Jadi saya disodori dua kitab tadi lalu saya bawa ke Batam, di Batam saya masih memakai standar tajwid, setelah saya lihat dan tela’ah saya berkesimpulan pekerja- pekerja disini masih awam dan mereka akhirnya saya sodori kitab Jet Tempur ” mau pakai ini?” ternyata responnya bagus dan banyak yang minat. Akhirnya kitab Jet Tempur ini saya foto copy menjadi sepuluh buah dan setelahnya makin bertambah. Sebelum mengajar ke dormitory-dormitory saat itu sayakan masih mengajar di masjid Nurul Iman, karena banyak yang minat saya pun sowan ke Kyai Maftuh dan untuk belajar Kitab Jet Tempur ini bagaimana, dan saya akhirnya diundang untuk belajar ke salah satu tim penyusunnya langsung yaitu menghadap ke Ustadz Sirojuddin dan saya belajar ke beliau.

Akhirnya saya belajar di Ustadz Sirojuddin, saya lihat yang belajar banyak orang-orang dewasa saat itu. saya seminggu disana bolak balik dari Lirboyo ke tempat Ustadz Sirojuddin di Kediri. Beliau termasuk keluarga dari adik Kyai Maftuh. Terus setelah saya anggap mantab sayapun menghadap ke Kyai Maftuh sekalian Tabarrukan dan juga meminta ijin untuk mengajarkan Jet Tempur. Setelah dapat ijin sayapun bawa banyak kitab ke Batam dan mengajarkannya disini. Sebenarnya MMQ Jet Tempur Batam terbentuknya itu lebih dahulu daripada MHM( Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien) pusat, berhubung disanakan pusatnya otomatis disana yang diutamakan, saat itu sekitar 2001. Sebelum ada pondok MMQ disini (selayang). MMQ masih ada di mushola-mushola seperti Mushola blok R, Blok P, dan MMQ juga ada di dormitory-dormitory seperti blok O dan blok-blok lainnya.

Fauzi : Saat itu pak Mukhlisin mengajar sendiri atau ada yang membantu?

Pak Mukhlisin : Pertama kali saya mengajar sendiri, karena banyak yang minat saya meminta Ke Kyai Maftuh untuk dikirim ustadz demi membantu pengajian MMQ Jet Tempur Batam.

Fauzi : Usatdz siapa sajakah itu pak?

Pak Mukhlisin : Ustadz Miftahurrohim dan Ustadz Hanafi.

Fauzi : Jadi tiga orang mengajar setelah itu, yaitu pak Mukhlisin dibantu oleh Pak Miftahurrohim dan pak Hanafi,seperti itukah?

Pak Mukhlisin : Untuk pak Hanafi pertama membantu saya, karena saat itu saya menjadi kordinator imam masjid, imam sholat tarawih di kawasan industri. Jadi jaman dahulu imam sholat itu dikordinir, mulai dari tower, blok O sampai masjid rusun itu kordinatornya di Masjid Nurul Islam, jadi disitulah mencari imam untuk masjid, akhirnya saya meminta ke kyai Maftuh maka dikirim itu, dan tujuan saya juga untuk membantu pengajian pakai Jet Tempur disini. jadi pertama disini ya tinggal disekretariat dulu dimasjid sini dan musholla, setelah memakai itu kita minta diresmikan oleh kyai Maftuh.

Fauzi : Katanya MMQ diresmikan pada tahun 2001, benarkah itu pak?

Pak Mukhlisin : Benar, tahun 2001

Fauzi : Jadi waktu peresmian pertama kali di Masjid Muhajirin ini pak?

Pak Mukhlisin : Iya, di Masjid Muhajirin sini. Cuma Masjid ini dulu bangunannya tidak seperti sekarang ini, dulu bangunannya masih sederhana(belum ada pondok). Dan seiring berjalannya waktu setelah peresmian itu Pak Miftahurrohim mulai mengajar disini. saat itu saya masih berkomunikasi dengan Kyai Maftuh dan sering bolak-balik ke beliau. Seiring dengan bertambahnya jama’ah akhirnya kami minta tambah ustadz dan dikirimlah kemudian Ustadz Yusuf dan Ustadz Lukman.

Fauzi : Berarti Ustadz Miftahurrohim dan Ustadz Hanafi tidak lama disini pak?

Pak Mukhlisin : Ustadz Miftahurrohim kira-kira setahunan kalau Ustadz Hanafi cuma sebentar karena beliau disini hanya sebagai imam. Kalau Ustadz Miftahurrohim beliau sebagai penasehat MMQ pusat dan saat itu beliau membantu juga disini, disini ada juga Ustadz Yusuf dan Ustadz Lukman. Terus setelah itu prosesnya saya minta tambah, saat itu Ustadz Miftahurrohim mencarikan ustadz baru supaya bisa membantu. Dan seiring berjalannya waktu ustadz-ustadz barupun didatangkan, seperti Ustadz Bashori, ustadz Huda dan lainnya. Seiring berjalannya waktu, saat itu sayakan tujuannya ke Batam niatnya tidak untuk membuat majelis atau pondok, kembali ke niat awal, tujuan saya hanya mengaji dan juga mencari dana untuk pembangunan pondok di Jawa, karena bertujuan mengaji tadi. Rencana saya waktu itu kan dari Kudus saya rencananya ke Hadramaut dan ternyata tidak jadi dan saya kesini. Kemudian tahun 2002 saya ijin mengundurkan diri, karena saya akan mondok ke Mbah Dim di Batang.

Fauzi : Konon Pak Mukhlisin mundur karena hendak meneruskan bisnis dan sebagainya, betulkah pak?

Pak Mukhlisin : Tidak

Fauzi :Tahun berapakah mundur dari MMQ pak?

Pak Mukhlisin : Tahun 2002.

Fauzi : Kapankah MMQ pindah dari dormitory-dormitory ke kampung Selayang sini pak?

Pak Mukhlisin : Sekitar tahun 2001 itu. Dan saat itu saya tinggal ditempat yang sekarang dipakai pondok putri sekarang( bangunan MMQ asrama putri).

Fauzi : Atas pertimbangan apa pak, MMQ sebelumnya belajarnya di dormitory-dormitory kok berinisiatif pindah ke sini(Selayang)?

Pak Mukhlisin : Karena saat itu saya ada semacam ikatan bathin disini. Sayakan asalnya dari Nurul Iman karena menjadi kordinator imam sholat taraweh, kalau ada apa-apa disini lapornya ke saya, jadi ada semacam ikatan bathin dengan masyarakat sini. Ini dulukan sarangnya preman, tiap minggu disini itu ada saja orang berantem, jadi berantem itu wajar, jadi kalau tidak berantem itu justru yang tidak wajar, itu jaman tahun 2000/2001an.

Fauzi : Adakah gangguan-gangguan dari preman-preman tersebut ketika awal -awal pindah kesini pak?

Pak Mukhlisin : Tidak ada. Intinya mereka segan sendiri. Kita maunya sih mengajak rembugan, jalin komunikasi dengan preman-preman tersebut. Mereka kita ajak ke masjid. Bukan meramaikan MMQ Jet Tempurnya dulu. Kita ramaikan masjidnya dulu, kalau masjidnya ramai masyarakat menjadi baik, kalau masyarakatnya baik MMQ Jet Tempur juga ikut baik, semuanya baik, jadi kuncinya ya komunikasi itu tadi. Dulu preman yang paling disegani ya dari kampung selayang ini, jaman saya saat mondok ke KH Ashari Abbas (alm) di Sekupang, saya pernah ditanya preman setempat “ dari mana?” saya jawab dari Selayang Mukakuning, mereka langsung minggir karena segan mendengar Kampung Selayang. Intinya banyak komunikasi dan saling menghormati.

Fauzi : Kalau boleh tahu, pak Mukhlisin alumni pondok mana pak?

Pak Mukhlisin : Dari Tuban, dari Pondok pesantren Al Mansyaul Ridho dan Pondok Al Balagh KH Misbah Mustofa.

Fauzi : Ini yang terakhir pak, Jet tempur dan Yanbu’ul Qur’ankan membangun gedung baru di Bagan Piayu, kira-kira apa harapan bapak untuk dua pondok ini kedepannya?

Pak Mukhlisin : Kalau dari saya intinya buatlah pengajian terus dan istiqomah biar makin bagus kedua-duanya. Bisa diadakan pengembangan, bisa membangun sekolah-sekolah. Yanbu’a ini saja menurutnya masih kurang satu hektar. intinya prosesnya kedepan ada pengembangan, jaman dulu memang, sempat ditawari oleh Otorita(BP Kawasan), mau berapa hektar? Lima hektar?. Berpikirnya kita kan bayar UWTO-nyakan mahal, satu hektarnya saja bisa 250 juta. Selain itu disana juga ada Ummul Qurro, intinya nanti bisa mengajak pengajian bersama-sama, sering-sering diadakan komunikasi, otomatis kesenjangan, kesimpang siuran dan kesalah pahaman bisa dihilangkan.

Fauzi : Putranya berapa sekarang pak?

Pak Mukhlisin : Anak saya baru enam sekarang, Alhamdulillah yang paling besar kelas enam SD, sampean berapa putranya?

Fauzi : Dua pak, laki-laki dan perempuan.

Pak Mukhlisin : Aslinya mana mas Fauzi?

Fauzi : 
Jombang Jawa timur pak.

Pak Mukhlisin : Kalau Mas Hendra berapa putranya?

Hendra : Satu pak, yang kemarin mengadakan acara syukuran di Piayu itu pak.



Begitulah akhir perbincangan kami, kami membincangkan banyak hal diluar kisah Pembangunan MMQ Jet Tempur seperti diatas, baik keluarga dan lain sebagainya. Karena seperti yang diminta hanya 30 menit saja, kamipun tidak memperpanjang lebar perbincangan kami, walau sebenarnya kami merasa kurang kalau hanya 30 menit berbincang dengan beliau, karena masih banyak kisah dan informasi masih ingin kami gali dan ketahui, dan kamipun maklum adanya karena beliau masih punya agenda malam itu, kamipun mengakhiri dengan ucapan terima kasih lalu mohon diri dengan harapan kesempatan kedepan bisa berbincang lagi.

Begitulah gambaran kisah berdirinya MMQ Jet Tempur versi Ustadz Mukhlisin selaku orang yang mencetuskan adanya Ponpes MMQ Jet Tempur di Batam ini, semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah wawasan kita.



Wassalam


Batam, Selasa 20 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.